Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut

Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut

Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut | Referensi terbaru di 2017 via web Ahmad Ambar. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Ahmad Ambar. Artikel ini di beri judul Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut. Konten ini untuk anda pembaca setia https://ahmadambar.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Ahmad Ambar dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Ahmad Ambar di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut di bawah ini dari situs web Ahmad Ambar.

 

Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq r.a., Umar bin Khattab r.a., Utsman bin Affan r.a., dan ‘Ali bin Abi Thalib r.a. bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Fathimah Az Zahra r.ha. putri kesayangan Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut ikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu yang manis, dan sehelai rambut).

Abu Bakar Ash Shiddiq r.a berkata, “iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambutâ€.

Umar bin Khattab r.a berkata, “kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Utsman bin Affan r.a. berkata, “ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber’amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Ali bin Abi Thalib r.a berkata, “tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Fathimah Az Zahra r.ha. berkata, “seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Rasulullah SAW berkata, “seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Malaikat Jibril AS berkata, “menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Allah SWT berfirman, †Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambutâ€.

Seputar Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut

Terima kasih telah membaca Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut. Semoga pos dari situs web Ahmad Ambar berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website Ahmad Ambar. Silakan berbagi ulasan Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Ahmad Ambar melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Ahmad Ambar untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Ahmad Ambar di bawah. Demikan dan sekian tentang Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut. Dan Assalamualaikum pembaca Ahmad Ambar.

Advertisement