Kisah Sukses dengan Bisnis Fashion Yang Menjanjikan

- Juni 25, 2016

Kisah Sukses dengan Bisnis Fashion Yang Menjanjikan

 

Kisah Sukses Prita Widyaputri dengan Bisnis Fashion - Kumpulan Kisah Orang Sukses, Tips Sukses, Hobbie dan Bakat, Kata Kata Inspirasi


Kisah Sukses Prita Widyaputri dengan Bisnis Fashion - Kumpulan Kisah Orang Sukses, Tips Sukses, Hobbie dan Bakat, Kata Kata Inspirasi


Suatu siang di bulan Mei, femina mengundang 25 finalis lomba Wanita Wirausaha Mandiri & Femina untuk lakukan presentasi business plan di hadapan dewan juri. Mengenakan baju hitam lengan panjang, body pants biru, sneakers, serta topi hitam bling-bling, Prita Widyaputri (29) tampak percaya diri memaparkan bisnis usaha waktu/saat ini dan rencananya utk mengembangkan usahanya. Padahal, ia sedang sakit. "Nak, aku bangga, anda masih muda & cukup berbakat," puji Anne Avantie, desainer sekaligus salah satu juri lomba. Lewat clothing line dan aksesori berlabel Nefertiti, Prita merebut gelar Pemenang III Lomba Wanita Wirausaha Mandiri & Femina 2012.

Kalahkan Rasa Takut


Mimpi adalah kunci utk menaklukkan dunia. Pembaca dan penulis sudah sering mendengar kalimat dari Andrea Hirata ini, baik dalam novel Laskar Pelangi maupun soundtrack filmnya. Nyatanya, kalimat sakti inilah yang dipercaya Prita utk memulai bisnisnya. Ia tak berhenti bermimpi, hingga sukses menaklukan 'dunia' yg diimpikannya pada saat kecil: bisnis usaha fashion.

Prita kecil jatuh cinta pada segala perkara yg berbau seni. Pada masa sekolah, ia tak pernah absen mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan desain. "Aku tak pernah kepikiran ikut Paskibra atau kelompok pecinta alam. Tapi kalau soal desain, jangan ditanya! Saat lulus SMA, saya diterima di Universitas Indonesia utk jurusan, psikologi dan seni rupa di Institut Teknologi Bandung(ITB).
Uniknya, meski passion-nya di bidang seni begitu meluap, Prita malah memilih jurusan psikologi. Alasannya? "Karena psikologi itu seperti seni mengkaji kebiasaan manusia. Menguasai ilmu ini aku pikir akan membawa banyak manfaat nantinya," jelasnya.

Intuisi Prita tidak salah. Walau mengaku melalui proses kuliah dengan susah payah, Prita mendapat cukup banyak teori psikologi yang bisa diaplikasikan di bidang fashion. Bagaimana memahami consumer behaviour, cara menetapkan branding, memilih pilihan harga, dan lain sebagainya.

Bergelut dengan diktat kuliah tiap hari, ternyata tak membuat Prita melupakan minatnya di dunia fashion. Prita mengajak sahabatnya utk mengerjakan proyek kampus yg berhubungan dengan fashion, semisal membikin jaket angkatan, jaket organisasi, dan lain-lain. Dari situ ia bertekad akan terjun ke bisnis fashion, suatu hari nanti.

Selepas kuliah ia sempat bekerja di perusahaan perbankan. Sejenak, mimpi utk berkutat di dunia fashion itu teredam. Ia larut dalam rutinitas jam kantor yg menguras waktunya.

Suatu kali, ia bertemu dengan sahabatnya semasa kuliah yang menjadi partnernya dalam berbagai proyek fashion dulu. Semisal kata buku Celestine Prophecy bahwasanya tidak ada kebetulan di dunia ini karena segala sesuatu hadir utk sebuah alasan, reuni kecil itu membikin hatinya bergejolak. Sebuah mimpi lama kembali terbangun.

"Aku terus membayangkan mau punya label sendiri, wajib ini, harus itu dan ahirnya tak bisa tidur berhari-hari. Aku mulai membaca cukup banyak buku fashion, observasi di lapangan & belajar cukup banyak dari melihat dan membaca, sampai akhirnya aku merasa, ya, aku siap!" jelas Prita, yang cukup banyak mendapat pelajaran dari buku karya Toby Meadows, How to Create and Run a Fashion Label, tayangan All on The Line yang digawangi Joe Zee, fashion editor majalah Elle. serta kursus menjahit, kursus fashion figure drawing, dan kursus membikin pola di Lasalle College, Jakarta.

Meski tekadnya sudah bulat, bukan berarti ia tak punya rasa takut. Waktu/saat mengajukan surat pengunduran diri dari perusahaan, ia justru ditawari dua pilihan promosi yg menggiurkan.

"Waktu/saat itu baru terbit rasa takut. Iya juga ya, siapa yg jamin bisnis usaha ini berhasil atau tidak. Sementara, di depan mata ada dua opsi promosi menarik. Tapi rasa takut itu akhirnya hanya bisa dikalahkan dengan keinginan yg kuat," ujarnya.

Si Tukang Kalung


Th 2009, Prita meniti langkah barunya, menjadi seorang wirausaha. Meski kondisi ekonomi orang tuanya paling baik, ia bertekad membangun sendiri bisnisnya dari pundi-pundi yg dikumpulkan selama bekerja. "Aku mulai dari perkara yang kecil semisal membikin kalung. Selain biayanya tak sebanyak membikin pakaian, juga sam

bil memberi waktu bagi diri sendiri untuk belajar banyak mengenai bisnis usaha fashion. &, aku pilih online marketing agar pembeli bisa belanja 24 jam sehari," katanya.

Tetapi, menjalankan bisnis usaha tidaklah semudah yang Prita bayangkan. Ia mengalami tantangan dari bermacam pihak, baik dari rekan bisnis, karyawan, ataupun keluarga besarnya. Di tengah jalan, sahabat yg juga rekan bisnisnya juga mengundurkan diri. Prita pun berjalan sendirian.

Setumpuk ide desain di kepalanya itu, ia bawa ke beberapa vendor penjahit. Sesudah 6 bulan bergulir vendor, ia menemukan vendor sesuai dengan seleranya. Saat ini klaung dan pakaiannya diproduksi di Jakarta serta Bandung. Ia pun membubuhkan label Nefertiti pada produknya. Prita terinspirasi oleh kecantikan, selera busana, & kecerdasan Ratu Nefertiti, ratu Mesir kuno.

"Ternyata, jadi wirausaha tidak kalah capek dengan bekerja di kantor. Tukang pijit yg awal mula-nya langganan Papa, jadi langganan aku juga. Dia selalu bilang, 'Mbak, betisnya kenceng amat kayak pemain bola,'" ujarnya, tertawa.

Saat akhirnya mampu merekrut karyawan, tantangan pun tidak berhenti. Ia ditipu karyawan kepercayaannya serta merugi jutaan rupiah. Dengan terpaksa Prita kudu memecatnya.

Selain itu, salah satu hal yg menjadi permasalahannya merupakan merawat/menjaga kualitas produk yang tidak dipengaruhi situasi mood tim kreatifnya. Maklum, saat mood mereka buruk, bisa-bisa kualitas barang pesanan Prita jadi tak sebagus biasanya. "Saya sudah hafal, deh. Biasanya perkara itu terjadi kalau ada yang sedang putus cinta atau apalah, makanya kepada mereka, aku menempatkan diri sebagai teman curhat, bukan bos," Ungkap Prita yg mempunyai 22 karyawan (2 orang karyawan selalu, 20 orang freelance).

Tantangan juga datang dari keluarga besarnya. Ada yg mengatakan, "Susah-susah kuliah, justru jadi tukang kalung."
"Biarkan aja mereka nyinyir. Aku pikir, perusahaan sebesar Mustika Ratu awalnya juga dari berjualan jamu. Seorang pebisnis memang wajib menengok perkara yang tidak bisa terlihat oleh orang lain. Aku pun tak keberatan lagi dikatakan tukang kalung. Justru bangga, saya bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain," jelasnya, bijak.

Pada th 2011, bisnisnya sudah berkembang dari produksi aksesori ke produksi pakaian. Enam bulan setelahnya, ia berhasil meluncurkan webstore pribadi sesuai impiannya (www.shopnefertiti.com). Ia juga bekerja sama dengan beberapa webstore lainnya. Akun Facebook Nefertiti sudah mempunyai lebih dari 10.000 penggemar dan akun Twitter @shopNEFERTITI diikuti lebih dari 2.000 orang.

Kini, dengan produk aksesori & pakaian, Nefertiti sudah berhasil menembus jaringan department store, yaitu Debenhams Senayan City serta Debenhams Kemang. Produknya pun diminati oleh pembeli dari bermacam negara, semisal Finlandia, Norwegia, Kepulauan Solomon, Republik Malta, Israel, Italia, Australia, Amerika, & Inggris. Ia telah meraup omzet puluhan jt rupiah per bulannya

Kerja kerasnya sudah berbuah manis. Tapi, Prita masih memiliki cukup banyak mimpi. "Aku ingin banget terlibat dalam komunitas fashion Indonesia, seperti Jakarta Fashion Week, Indonesia Fashion Week, dan Brightspot. Saya juga mau mulai merambah kesempatan retail di luar negeri utk membuktikan label ready to wear karya orang Indonesia bisa diterima di mancanegara," ujarnya, bersemangat.

Seputar Kisah Sukses dengan Bisnis Fashion Yang Menjanjikan

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kisah Sukses dengan Bisnis Fashion Yang Menjanjikan