Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

- Januari 14, 2017

Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

 
Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik - Tempat Wisata Terindah - Di Kota Solo waktu ini terdapat sebuah Kerajaan bercorak Islam yakni Kasunanan Surakarta. Kasunanan Surakarta meruakan salah sat hasil pemisahan dari Kerajaan Mataram Islam. Hingga waktu ini di Kerajaan Kasunanan Surakarta ini masih berdiri dan mempunyai raja yang berkuasa. Berbeda yang dengannya Kasultanan Yogyakarta yang diberi keistimewaan untuk menmerintah Provinsi Yogyakarta, Kasunanan Surakarta tidak mempunyai keistimewaan itu. Meskipun Kasunanan Surakarta masih berdiri namun tunduk pada Pemerintahan Republik Indonesia sepenuhnya.
Sebagai sebuah kerajaan Islam, Kasunanan surakarta masih melestarikan macam-macam budaya yang bernafaskan Islam, salah satunya adalah disaat memasuki Bulan Muharram atau malam tahun baru Islam, Kasunanan Surakarta menyelenggarakan Kirab Budaya berupa kirab Kebo Bule Kyai Slamet. Dalam Penanggalan Jawa, Bulan Muharram dikenal yang dengannya Bulan Suro, menjadikan kirab Kebo Bule ini Suka dikenal yang dengannya Korab Malam 1 Suro. Kebo Bule yang ada di Kasunanan Surakarta ini merupakan hewan yang dikeramatkan pihak keraton. Kebo bule merupakan jenis Kerbau albino, menjadikan dari penampakannya berbeda yang dengannya kerbau kebanykan. Karena albino, warna kerbau ini cenderung putih. Menurut pihak Keraton Kasunanan, Kebo Kyai Slamet sendiri telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebo bule yang waktu ini masih ada ini adalah keturunan dari Kebo Bule Kyai Slamet.
Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo

Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo


Asal Mula Kebo Bule Kyai Slamet


Nama Kyai Slamet sebenarnya bukanlah nama dari hewan kerbau bule, namun nama dari pusaka kerajaan yang kasat mata. Kerbau bule inilah yang bertugas menjaga pusaka kerajaan Kasunanan Surakarta ini. Namun karena pusaka ini bersifat kasat mata dan cuma raja sendiri yang mampu melihatnya, maka banyak sekali orang yang menganggap Kebo bule itu sebagai Kyai Slamet.


Sejarah Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro


Pada waktu Pemerintahan Pakoe Boewono II, sekitar abad ke 17 yakni waktu Kerajaan Mataram masih di Kraton Kartasura, diceritakan bahwasanya di kerajaan terjadi sebuah pemberontakan yang dilancarkan oleh Pangeran Mangkubumi yang membuat Raja Pakoe Boewono II Perlu melarikan diri ke Ponorogo. Di Ponorogo beliau ditampung oleh Bupati Ponorogo dan tinggal di sana untuk beberapa waktu hingga kondisi aman. Pada masa pelariannya di Ponorogo yang telah di sebutkan, Sang Raja Kartasura itu mendapatkan petunjuk gaib atau wangsit bahwasanya pusaka Kyai Slamet Perlu ‘direkso’ atau di awasi oleh sepasang ‘kebo bule’ atau kerbau albino jika ingin kerajaan aman dan langgeng. Atas Kuasa Tuhan yang maha Agung, seolah gayung bersambut, Sang Bupati Ponorogo tiba-tiba ingin menunjukkan bhaktinya kepada rajanya yang dengannya mempersembahkan sepasang ‘kebo bule’ kepada sinuwun. Kebo bule atau kerbau albino adalah hewan peliharaan yang Amat langka, cuma orang tertentu yang memilikinya. Maka sinuwun Pakue Boewono II mendapatkan yang dengannya baik ‘pisungsung’ (persembahan) sang bupati dan berterimakasih atas persembahan yang Amat sesuai yang dengannya kebutuhannya. Sinuwun membawa sepasang kerbau bule itu kembali ke Kraton Kartasura sesudah pemberontakan usai dan hingga kerajaan berpindah tempat ke Desa Sala dan berganti nama menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat.
Dalam peringatan naik takhta Paku Boewono VI, sekaligus pergantian tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul kreativitas menghadirkan sosok kebo bule yang dipercaya sebagai penjelmaan pusaka Kyai Slamet dalam kirab pusaka.


Keunikan Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro


Adanya event peringatan malam Tahun Baru Islam pada 1 Suro yang dengannya kirab Kebo Bule Kyai Slamet menjadkan satu atraksi budaya yang menarik bagi masyarakat sekitar. Bahkan pengunjung yang datang tidak cuma dari Kota Solo sendiri namun juga dari tidak sedikit kabupaten disekitarnya. Selama kirab berlangsung, para abdi dalem yang ikut dalam kirab diwajibkan untuk tidak bicara atau tapa bisu. Di sepanjang perjalanan, banyak sekali warga yang berebut untuk menyentuh kerbau yang dianggap keramat ini. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mempunyai kepercayaan bahwasanya kotoran kerbau bule ini dapat memberikan berkah. Oleh karena itu kotoran kebo bule yang keluar di sepanjang perjalanan pun tak hampir selalu ada yang mengambilnya.
Ada banyak sekali cerita menarik berhubungan dngan Kebo Bule Kyai Slamet ini. Konon Kerbau Bule ini dibiarkan bebas berkeliaran di mana saja, bahkan hingga pergi ke luar Kota Solo. Apabila kerbau ini memakan sesuatu, misalnya tanaman pertanian, maka biasanya petani membiarkannya dan tidak mengusirnya. Petani bahkan terasa senang apabila tanamannya dimakan Keebo Kyai Slamet karena hal itu dapat menjadi keberkahan yang tersendiri. Pada waktu Kirab malam 1 Suro, keberlangsungan kirab juga tergantung dari Kebo Bule Kyai Slamet ini. Kalau telah saatnya kirab dia tidak mau keluar, ya bermanfaat kirab akan dibatalkan. Suka kejadian Kirab Malam 1 Suro hingga mundur karena Kebo Bule ngambek gak mau keluar sangkar.



Berebut Kotoran Kebo Bule Kyai Slamet
Berebut Kotoran Kebo Bule Kyai Slamet


Demikian tadi informasi wacana Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, yang merupakan Sebuah Tradisi yang Unik. Terakhir kami cuma ingin mengingatkan bahwasanya jangan hingga mempunyai kepercayaan yang berlebihan terhadap Kebo bule ini. Karena sebagai umat Islam pasti tahu bahwasanya cuma Allah Swt lah yang mempunyai kuasa atas segala sesuatu.
(Baca : 12 Tempat Wisata di Kota Solo Jawa Tengah ) Source : tempatwisatadaerah.blogspot.com

Seputar Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik